BERITA KOTA ONLINE, JAKARTA – Kota Makassar kembali mencuri perhatian publik nasional setelah berhasil menorehkan rekor baru dalam penguatan kerukunan antarumat beragama.
Untuk pertama kalinya, Makassar dinobatkan sebagai daerah dengan kinerja Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) terbaik se-Indonesia melalui ajang bergengsi Harmony Award 2025 yang digelar Kementerian Agama RI di Hotel DoubleTree Hilton Kemayoran, Jakarta, Jumat (28/11/2025).
Prestasi ini menjadi tonggak sejarah bagi Makassar, mengingat kota ini sebelumnya sempat berada dalam sorotan tajam karena masuk daftar kota dengan tingkat toleransi rendah versi riset lembaga nasional pada tahun-tahun sebelumnya.
Namun, melalui serangkaian pembenahan, program kolaboratif, dan peningkatan kualitas dialog lintas iman, Makassar berhasil melakukan lompatan besar yang diakui langsung oleh Kemenag RI.
Sekretaris FKUB Kota Makassar, Usman Sofian, menyampaikan bahwa pencapaian ini merupakan hasil perjalanan panjang berbagai elemen kota yang selama ini bekerja tanpa henti menciptakan ruang-ruang pertemuan yang damai.
Ia menekankan bahwa keberhasilan tersebut bukan sekadar kemenangan FKUB, tetapi kemenangan warga Makassar secara keseluruhan.
“Penghargaan ini menjadi penanda bahwa kolaborasi nyata antara pemerintah kota, tokoh agama, dan masyarakat telah membuahkan hasil signifikan dalam memperkuat toleransi,” ujarnya.
Menurutnya, sepanjang 2024–2025, FKUB bersama Pemkot Makassar telah melaksanakan berbagai program strategis yang menyasar akar persoalan kerukunan.
Mulai dari dialog lintas agama yang digelar rutin, mediasi permasalahan pendirian rumah ibadah, hingga edukasi publik tentang pentingnya moderasi beragama.
Berbagai langkah tersebut dinilai menjadi alasan kuat mengapa Makassar akhirnya berhasil meraih posisi puncak di tingkat nasional.
Ketua FKUB Makassar, Prof. Dr. H. Arifuddin Ahmad, menambahkan bahwa capaian tersebut menjadi bukti kuat bahwa Makassar mampu bangkit dari stigma ketidaktoleranan.
Ia menilai keberhasilan ini juga tidak lepas dari dukungan penuh Pemerintah Kota Makassar serta peran besar masyarakat akar rumput.
“Kami melihat bagaimana setiap unsur bergerak—mulai dari tokoh agama, organisasi masyarakat, hingga warga di tingkat kelurahan semua berkontribusi menjaga iklim sosial yang rukun,” kata Prof. Arifuddin.
Salah satu inovasi yang turut menguatkan penilaian Kemenag RI adalah lahirnya aplikasi Makassar Sikatutui, sebuah platform digital yang mempermudah proses rekomendasi pendirian rumah ibadah.
Aplikasi ini menjadi terobosan penting dalam mencegah potensi konflik sekaligus memastikan transparansi dalam proses perizinan.
Selain itu, FKUB Makassar juga menggagas program peningkatan kapasitas melalui studi tiru ke sejumlah daerah dan negara yang dikenal berhasil mengelola kerukunan.
Tidak hanya itu, pembentukan agen moderasi beragama di 153 kelurahan menjadi salah satu program paling menonjol karena mampu memperluas jangkauan edukasi toleransi hingga level komunitas.
BACA JUGA:
Wali Kota Munafri Paparkan Arah Pembangunan Makassar 2025–2029 di Forum ASCC Jepang 2025
CNBC Nobatkan Wali Kota Makassar Munafri Arifuddin Sebagai Kepala Daerah dengan Kinerja Terbaik 2025
Kemenag RI melalui Menteri Agama Prof. Dr. Nasaruddin Umar turut memberi apresiasi khusus kepada Makassar.
Dalam sambutannya, Menag menegaskan bahwa Indonesia memasuki periode indeks harmoni tertinggi dan Makassar menjadi salah satu daerah yang memberi kontribusi nyata dalam pencapaian tersebut.
Ia menekankan bahwa keberhasilan Makassar membuktikan bahwa harmoni tidak hanya menjadi wacana, tetapi dapat diwujudkan melalui program yang terarah dan komitmen kolektif.
Menag RI juga menegaskan bahwa harmoni tidak mungkin terjaga tanpa kesiapan untuk menerima perbedaan sebagai bagian dari identitas kebangsaan.
Di sisi lain, Sekretaris Jenderal Kemenag Kamaruddin Amin menilai bahwa Makassar menunjukkan praktik terbaik yang bisa dijadikan model nasional.
Menurutnya, Harmony Award bukan hanya penghargaan, tetapi instrumen untuk mendorong daerah agar terus memperkuat ekosistem kerukunan di tengah dinamika sosial yang semakin kompleks.
“Makassar memperlihatkan bagaimana sinergi pemerintah, FKUB, dan masyarakat dapat menjadi modal besar dalam menjaga stabilitas sosial,” ujarnya.
Dengan predikat baru ini, Makassar kini berdiri sejajar dengan daerah-daerah yang selama ini dikenal sebagai kota harmonis.
Bahkan lebih jauh, Makassar membuktikan bahwa kota dengan dinamika urban yang tinggi tetap mampu menjaga toleransi sebagai fondasi kehidupan sosial.
Prestasi ini sekaligus menjadi tantangan bagi Makassar untuk mempertahankan momentum.
Keberhasilan hari ini bukanlah garis akhir, melainkan pintu pembuka untuk memperkuat peran kota sebagai ruang yang aman, ramah, dan inklusif bagi seluruh warganya tanpa memandang latar belakang agama maupun suku. (*)
Pewarta: Syahrul


















Respon (1)