JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali menunjukkan penguatan tipis pada perdagangan Jumat (31/10/2025) siang, setelah sempat melemah di sesi sebelumnya.
Berdasarkan data Bloomberg pukul 12.57 WIB, rupiah tercatat terapresiasi 0,06% ke level Rp16.625 per dolar AS.
Sebelumnya, pada penutupan perdagangan Kamis (30/10/2025), rupiah ditutup melemah ke level Rp16.636 per dolar AS atau terkoreksi 0,11%. Pelemahan tersebut terjadi seiring dengan tren serupa yang dialami sejumlah mata uang di kawasan Asia.
Dolar AS sendiri dalam posisi melemah 0,06% ke level 99,16. Beberapa mata uang regional yang turut terkoreksi di antaranya yen Jepang yang melemah 0,61%, dolar Singapura 0,15%, dolar Taiwan 0,34%, won Korea 0,52%, peso Filipina 0,27%, serta rupee India yang turun 0,52%.
Sementara itu, yuan China juga tertekan 0,15%, ringgit Malaysia 0,25%, dan baht Thailand 0,08%. Dari seluruh mata uang di kawasan, hanya dolar Hong Kong yang tercatat menguat tipis 0,03%.
Pengamat ekonomi dari Bank of Singapore, Sim Moh Siong, menilai pergerakan mata uang Asia, termasuk rupiah, dipengaruhi oleh kombinasi faktor global, terutama kebijakan moneter bank sentral utama dunia.
“Ada kontras yang jelas antara Bank of Japan yang masih berhati-hati dalam menaikkan suku bunga, dan Federal Reserve yang juga berhati-hati dalam memutuskan kapan akan memulai pemotongan suku bunga.
BACA JUGA:
PT Rekhabila Utama Gandeng UMKM Barru, Tambang Kini Jadi Motor Ekonomi Warga
Djuhandhani Rahardjo Resmi Jabat Kapolda Sulsel, Kapolri Sigit Tegaskan Transformasi Polri Presisi
Ketidakpastian ini membuat pasar valuta asing bergerak dalam ruang sempit,” ujar Sim dikutip dari Reuters, Kamis (30/10/2025).
Bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) pada pekan ini memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di 0,5%.
Keputusan itu sesuai ekspektasi pasar, namun tetap menimbulkan tekanan terhadap yen yang sempat meluncur ke level terendah dalam beberapa bulan terakhir di 153,52 per dolar AS.
Yen bahkan sempat menyentuh rekor terendah terhadap euro di 178,39, sementara terhadap poundsterling melemah hingga 202,45 yen per pound.
Tekanan terhadap yen ini secara tidak langsung berdampak pada mata uang kawasan lain, termasuk rupiah, yang sempat tertekan di perdagangan sebelumnya.
Namun, pada sesi pagi hingga siang ini, rupiah mulai berbalik arah mengikuti tren pelemahan dolar AS yang dipicu oleh sentimen perjanjian dagang antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping.
BACA JUGA:
Bappenas RI Sambangi Disdukcapil Jeneponto
Biro SDM Polda Sultra Raih Penghargaan dalam Rakorbin SDM dan PNS Polri Tahun 2025 di Jakarta
Trump dalam pernyataannya mengungkapkan bahwa Amerika Serikat telah sepakat untuk menurunkan sebagian tarif terhadap produk impor China, sebagai imbalan atas komitmen Beijing untuk kembali membeli kedelai AS, menjaga ekspor rare earths (logam tanah jarang), serta menindak perdagangan fentanil ilegal.
Meski demikian, pelaku pasar masih menanti rincian konkret dari kesepakatan tersebut.
Analis pasar uang Arif Budiman dari PT Samuel Sekuritas Indonesia menjelaskan, penguatan rupiah siang ini lebih bersifat teknikal setelah melemah berturut-turut sejak awal pekan.
“Rupiah menguat karena adanya koreksi alami dan tekanan terhadap dolar AS yang mulai menurun. Namun, arah pergerakan rupiah dalam jangka pendek masih sangat dipengaruhi oleh kebijakan moneter global, terutama rencana The Fed mengenai pemangkasan suku bunga,” jelas Arif dihubungi terpisah, Jumat (31/10/2025).
Ia menambahkan, pelaku pasar juga tengah menantikan data inflasi domestik dan laporan cadangan devisa bulan Oktober yang akan dirilis pekan depan.
Data tersebut diprediksi akan memberikan sinyal tambahan mengenai stabilitas rupiah di akhir tahun.
Meski rupiah menguat tipis, sejumlah analis memperingatkan bahwa tekanan eksternal masih cukup kuat.
Gejolak geopolitik di Timur Tengah, fluktuasi harga minyak, serta arah kebijakan suku bunga global menjadi faktor utama yang dapat menahan laju penguatan rupiah dalam beberapa waktu ke depan.
“Selama ketidakpastian global belum mereda, rupiah kemungkinan bergerak terbatas di kisaran Rp16.600 hingga Rp16.700 per dolar AS,” ujar Arif.
Ia menilai Bank Indonesia masih akan menjaga stabilitas nilai tukar melalui intervensi di pasar valas dan pengelolaan likuiditas domestik.
Pada perdagangan pagi tadi pukul 09.09 WIB, rupiah sempat dibuka menguat di level Rp16.615 per dolar AS, atau naik 0,12% dibandingkan penutupan sebelumnya. Dolar AS saat itu juga dibuka melemah tipis 0,02% ke level 99,50.
Beberapa mata uang Asia lainnya yang turut menguat di awal perdagangan hari ini antara lain yen Jepang 0,17%, dolar Hong Kong 0,02%, dolar Singapura 0,08%, won Korea 0,14%, peso Filipina 0,19%, ringgit Malaysia 0,05%, dan baht Thailand 0,17%.
Sebaliknya, yuan China, rupee India, dan dolar Taiwan masih menunjukkan pelemahan tipis.
Dengan penguatan tipis ini, rupiah menunjukkan ketahanan relatif di tengah tekanan eksternal dan dinamika kebijakan moneter global.
Pelaku pasar berharap penguatan ini dapat berlanjut seiring stabilitas ekonomi domestik dan langkah antisipatif Bank Indonesia menjaga nilai tukar. (*)
Pewarta: Kon Ekin Marco

















