MAKASSAR – Polemik terkait penanganan medis terhadap Nursyam Sutte alias Civas, warga Sapiria yang meninggal akibat luka tembak, terus bergulir.
Setelah keluarga korban menuding RS Akademis Jaury Makassar lamban menangani kondisi kritis Civas, pihak rumah sakit akhirnya memberikan klarifikasi resmi dan membantah keras tuduhan tersebut.
Humas RS Akademis, A. Arsy Islami Am, menjelaskan bahwa dugaan keterlambatan justru dipicu oleh informasi awal yang disampaikan keluarga.
Menurut Arsy, sejak awal kedatangan pasien, keluarga menyampaikan bahwa Civas mengalami jatuh dari lantai tiga rumah saat bekerja.
Dengan informasi itu, dokter langsung melakukan prosedur standar penanganan trauma jatuh, termasuk stabilisasi pasien dan CT-Scan kepala.
Arsy menegaskan bahwa seluruh proses berjalan cepat karena pasien datang dalam kondisi gawat darurat.
Namun hasil CT-Scan kemudian menimbulkan kecurigaan dari tim medis karena ditemukan benda asing yang tidak sesuai dengan karakter cedera jatuh.
Dari sinilah dugaan luka tembak mulai muncul dan disinkronkan kembali dengan informasi dari pihak keluarga.
Setelah mengetahui kondisi yang sebenarnya, tim bedah langsung melakukan operasi selama lima jam untuk menyelamatkan nyawa korban.
Civas sempat dipindahkan ke ruang ICU pada pukul 19.15 WITA, 17 November 2025.
Namun upaya medis tidak mampu mengatasi luka parah yang menembus hingga bagian otak kecil. Ia dinyatakan meninggal pada pukul 05.44 WITA keesokan harinya.
BACA JUGA:
Orang Tua Murid Pertanyakan Iuran Bulanan di SMPN 08 Makassar: “Sekolah Negeri Kok Bayar?”
Pemasangan Kabel Optik Ilegal Marak, Warga Makassar Desak Pemerintah Tertibkan


Arsy menyatakan bahwa rumah sakit tidak pernah menunda tindakan medis dan semua dilakukan sesuai standar operasional penanganan emergensi.
Ia meminta masyarakat tidak terburu-buru menyimpulkan adanya kelalaian tanpa mengetahui kronologi sebenarnya.
Di sisi lain, situasi di wilayah Sapiria dan Borta memanas akibat insiden tersebut. Pascakabar meninggalnya Civas, terjadi bentrokan susulan hingga pembakaran rumah warga.
TNI dan Polri akhirnya mengerahkan 150 personel gabungan untuk mengendalikan situasi.
Kodim 1408/Makassar memperketat penjagaan di titik rawan guna mencegah serangan balasan antarkelompok.
Aparat juga menutup akses menuju lokasi bentrokan hingga kondisi benar-benar aman.
Selain itu, penyelidikan terus berjalan untuk mengungkap penyebab utama bentrokan dan asal senapan angin yang diduga digunakan dalam penembakan.
Dalam situasi panas yang membuat masyarakat khawatir, klarifikasi RS Akademis menjadi bagian penting untuk memastikan tidak ada kesimpangsiuran terkait penanganan medis korban.
Sementara aparat keamanan menegaskan komitmen menjaga ketertiban sambil melakukan rekonsiliasi jangka panjang agar perang kelompok tidak kembali terjadi. (Rls/Res)

















