JAKARTA — Wakil Gubernur DKI Jakarta Rano Karno menegaskan bahwa Benyamin Award bukan sekadar ajang penghargaan tahunan.
Program tersebut disebutnya sebagai gerakan kolektif untuk membangun kembali karakter kampung di Jakarta sebagai pusat pembentukan kualitas sumber daya manusia (SDM).
Menurut Rano, Benyamin Award menjadi sarana bagi camat, lurah, dan warga untuk berkompetisi dalam menghadirkan lingkungan kampung yang sehat, kreatif, dan berdaya.
Meski namanya mengusung tokoh budaya Betawi, Benyamin Sueb, Rano menilai maknanya jauh lebih luas karena menyangkut pembangunan manusia dari akar sosial dan budayanya.

“Kita sedang mengembalikan martabat kampung sebagai ruang tumbuhnya karakter dan solidaritas,” ujar Rano di Jakarta, Kamis.
Ia menjelaskan bahwa gagasan tersebut berawal dari diskusinya bersama Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung.
Keduanya menilai kampung di Jakarta memiliki potensi besar sebagai pusat penguatan karakter warga, kreativitas lokal, dan kohesi sosial. Semangat membangun dari ruang terkecil inilah yang dinilai turut mendorong peningkatan peringkat Jakarta dalam Global City Index 2025, dari posisi 74 menjadi 71.
Rano berharap Benyamin Award dapat mendorong penataan kampung yang semakin sehat dan berdaya, sejalan dengan target Jakarta masuk 50 besar kota global dalam lima tahun ke depan.
Ganti Mobil Dinas Jadi Kijang Tua, Menkeu RI Ditolak Masuk Istana
Target tersebut juga sesuai amanat Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2024, yang menugaskan Jakarta menjadi kota global sekaligus pusat perekonomian nasional.
Dalam kesempatan yang sama, Rano menegaskan tiga fondasi utama pembangunan SDM Jakarta — pendidikan, kesehatan, dan pengentasan kemiskinan.
Ia memastikan program seperti KJP dan KJMU akan tetap berjalan meski pemerintah daerah tengah melakukan penyesuaian anggaran.
Rano kemudian berharap nilai dan semangat “Babe” Benyamin terus menjadi inspirasi agar Jakarta dapat maju tanpa menanggalkan identitas budayanya.
“Kalau kita bicara SDM unggul, pendidikannya harus kuat, kesehatannya baik, dan kemiskinan harus dikurangi. Dari situlah masa depan Jakarta dibangun,” tutupnya.
















