Pengamat Unhas Nilai Jejaring Elite Nasional Perkuat Posisi Munafri Pimpin Golkar Sulsel

Persaingan jelang Musda Golkar Sulsel memanas. Appi dinilai unggul dengan jejaring elite nasional, dukungan DPD II, dan rekam jejak politik kuat.
Pengamat politik Unhas, Adi Suryadi Culla, memberikan pandangan terkait peta politik jelang Musda Golkar Sulsel. Makassar, Minggu (16/11/2025) (Foto: Istimewa).

MAKASSAR – Dinamika perebutan kursi Ketua DPD I Partai Golkar Sulawesi Selatan semakin menghangat menjelang Musyawarah Daerah (Musda).

Nama Wali Kota Makassar sekaligus Ketua DPD II Golkar Makassar, Munafri Arifuddin atau Appi, kembali menempati posisi strategis dalam peta persaingan setelah sejumlah indikator politik menunjukkan pengaruh dan daya tariknya makin menguat.

Selain dukungan struktural di tingkat kabupaten/kota, salah satu faktor paling menonjol yang kini menjadi sorotan adalah jejaring elite nasional yang dimiliki Appi.

Jejaring inilah yang dinilai memiliki dampak signifikan dalam pertarungan menentukan arah kepemimpinan Golkar Sulsel ke depan.

Pengamat politik Universitas Hasanuddin, Adi Suryadi Culla, menegaskan bahwa figur Appi tak bisa dipandang sebelah mata, apalagi jika variabel relasi politik pusat ikut dihitung.

Menurutnya, hubungan baik Appi dengan tokoh-tokoh nasional seperti Ketua Umum Golkar Bahlil Lahadalia serta kedekatan dengan mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla (JK) membuat posisi Appi berada di spektrum yang sangat diperhitungkan.

“Jejaring politik Pak Appi bukan jejaring baru, tetapi jejaring yang tumbuh dari pengalaman organisasi dan konsolidasi panjang, termasuk saat bersama tokoh-tokoh nasional di HIPMI Pusat. Faktor ini tidak bisa diabaikan ketika kita berbicara peta kekuasaan Golkar di Sulsel,” ujar Adi Suryadi, Minggu (16/11/2025).

Menurutnya, dalam tradisi Golkar, hubungan kedekatan dengan elite pusat sering menjadi salah satu kunci untuk membaca kemungkinan arah keputusan DPP.

Ia menilai pengalaman Appi membangun komunikasi dengan aktor-aktor politik nasional sudah terbukti memberi pengaruh pada perjalanan kariernya—baik saat memimpin Golkar Makassar maupun saat berhasil memenangkan Pilwalkot Makassar 2024.

“Kalau kita melihat kekuatan politiknya, Pak Appi ini paham betul bagaimana ritme komunikasi dan kultur Golkar yang sangat bertumpu pada garis komando. Jejaring nasionalnya, termasuk hubungannya dengan JK, memberi nilai tambah yang besar dalam kontestasi ini,” tambah Adi.

BACA JUGA:

Presiden Prabowo Beri Rehabilitasi Hukum kepada Dua Guru SMA di Luwu Utara

Inspirasi Urban Farming dan Tanami Tanata’: Pemuda Makassar Membuktikan Bertani Bisa Modern, Kreatif, dan Menguntungkan

Di luar jejaring elite, Adi juga menyoroti aspek konsolidasi Appi di Makassar yang dianggap sebagai salah satu titik kebangkitan Golkar pada Pemilu 2024.

Di tangan Appi, Golkar Makassar berhasil mencatatkan lonjakan suara signifikan hingga menambah kursi DPRD. Capaian tersebut, kata Adi, menjadi bukti konkret kemampuan manajerial dan strategi politik Appi yang selama ini teruji di lapangan.

“Prestasi meningkatkan kursi legislatif bukan sesuatu yang terjadi dengan sendirinya. Itu hasil kerja organisasi dan kepemimpinan yang efektif. Dan itu sudah dibuktikan Appi,” jelasnya.

Dukungan sekitar 17 DPD II kabupaten/kota yang beredar dalam diskusi internal Golkar disebut menjadi modal tambahan bagi Appi.

Meskipun belum diumumkan secara resmi, dukungan itu, menurut Adi, adalah sinyal kuat bahwa Appi memiliki pijakan struktural yang kokoh dari pemilik suara sah dalam Musda.

Namun, Adi mengingatkan bahwa dinamika dukungan dalam Golkar sering kali bersifat cair.

Pergeseran kekuatan politik bisa terjadi sewaktu-waktu, apalagi jika DPP mengambil langkah tertentu berdasarkan kalkulasi nasional.

Meski begitu, ia menilai secara objektif posisi Appi tetap berada pada level paling strategis dibanding kandidat lain.

“Dalam kondisi peta politik cair, figur yang punya jejaring elite serta basis struktural yang kuat biasanya tetap bertahan di papan atas persaingan. Dan Appi termasuk figur itu,” tegas Adi.

Ia juga menilai bahwa faktor usia dan energi politik Appi menjadi variabel tambahan yang semakin memperkuat daya tariknya di mata kader muda Golkar.

Menurut Adi, Golkar membutuhkan figur yang mampu menjawab tantangan kontestasi jangka panjang, terutama menghadapi agenda besar seperti Pilkada serentak dan Pemilu legislatif berikutnya.

“Appi masih relatif muda, energinya besar, dan punya kemampuan mobilisasi massa. Golkar membutuhkan darah segar seperti itu, terutama dalam mendorong regenerasi kepemimpinan,” tambahnya.

Meski sejumlah nama seperti Ilham Arief Sirajuddin (IAS), Andi Ina Kartika, dan Adnan Purichta Ichsan juga disebut-sebut dalam bursa calon Ketua DPD I Golkar Sulsel, Adi menegaskan bahwa keputusan akhir tetap bergantung pada garis kebijakan DPP.

“Semua figur yang muncul adalah tokoh besar dan punya kapasitas. Namun, kalau kita melihat kombinasi antara jejaring elite nasional, kinerja politik lokal, dan dukungan struktural, Appi jelas berada dalam kelompok yang paling diperhitungkan,” pungkasnya.

Dengan menguatnya konsolidasi akar rumput, ditambah jejaring elite nasional yang selama ini menjadi kekuatan tak terlihat di balik layar, Munafri Arifuddin kini berada pada posisi yang semakin solid dalam percaturan perebutan kursi Ketua Golkar Sulsel.

Semua mata kini tertuju pada langkah DPP dalam menentukan arah baru partai beringin di Sulawesi Selatan. (*)

Pewarta: Saiful Dg Ngemba 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *