BERITA KOTA ONLINE, TORAJA – Krisis BBM solar kembali memanas di Toraja Utara dan Tana Toraja tepat menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru.
Antrean panjang kendaraan di berbagai SPBU menjadi pemandangan sehari-hari, sementara masyarakat mengeluh tidak mendapatkan pasokan solar tepat waktu untuk kebutuhan pekerjaan maupun transportasi.
Di balik kelangkaan yang berulang ini, muncul dugaan kuat bahwa kendaraan langsir, yakni kendaraan yang mengisi solar berulang kali dalam satu hari serta penggunaan tangki rakitan berkapasitas tidak wajar kembali marak terjadi.
Beberapa warga menyebut aktivitas tersebut dilakukan secara terbuka di area SPBU tanpa adanya penertiban berarti.
”Kami antre berjam-jam, tapi kendaraan yang bolak-balik itu dibiarkan saja. Tangkinya jelas bukan standar,” keluh seorang pengemudi yang sudah tiga kali gagal mendapatkan solar di SPBU wilayah Rantepao, Senin (08/12/2025).
Banyak warga menilai situasi ini membuat disiplin antrean hanya berlaku bagi masyarakat umum, sementara kendaraan tertentu seolah mendapat keistimewaan.
Sejumlah pengelola SPBU mengaku telah memperketat pengawasan dan memastikan tidak ada lagi kendaraan yang bisa melakukan langsir maupun pengisian menggunakan tangki rakitan.
Namun hasil pantauan langsung di lapangan menunjukkan hal berbeda. Masih tampak kendaraan yang diduga mengisi lebih dari satu kali dalam selang waktu dekat, serta unit yang terlihat memakai tangki modifikasi.
“Kami sudah berusaha menolak, tapi di lapangan masih ada yang lolos,” kata seorang petugas SPBU yang meminta identitasnya dirahasiakan.
BACA JUGA:
Rayakan HUT ke-78, Reserse Polri Salurkan 1.000 Paket Sembako untuk Warga Pesisir Makassar
AW Dibekuk Usai Curi Uang Gereja: Pelarian dari Toraja Berakhir di Makassar

Beberapa petugas SPBU mengungkapkan bahwa mereka sering berada dalam posisi serba salah saat hendak menolak kendaraan tertentu.
“Ada kendaraan yang kalau kami cegah, mereka bilang sudah ada izin dari oknum tertentu. Kami tidak tahu benar tidaknya, tapi itu membuat kami tidak bisa berbuat banyak,” ujar seorang pengawas SPBU.
Meski pernyataan tersebut belum dapat dipastikan kebenarannya, dugaan adanya kendaraan yang merasa “kebal aturan” membuat masyarakat semakin geram.
Krisis solar ini menimbulkan dampak besar pada aktivitas warga menjelang libur akhir tahun. Beberapa pelaku usaha travel mengaku harus membatalkan perjalanan karena sulit mendapatkan solar, Sopir angkutan barang terpaksa menunda distribusi.
Masyarakat kini meminta tindakan konkret, bukan hanya imbauan, untuk memastikan distribusi solar kembali normal dan adil bagi semua.
“Penindakan harus tegas. Jangan hanya masyarakat kecil yang antre, sementara yang bermain justru bebas,” ujar warga Makale. (Red)
Bersambung…
Tim Redaksi

















