JAKARTA — Pemerintah Kota Bandung mencatat peningkatan signifikan pada pendapatan asli daerah (PAD) tahun 2024 yang mencapai Rp4,1 triliun.
Angka ini melonjak hampir dua kali lipat dari PAD tahun sebelumnya yang hanya berkisar Rp2 triliun.
Wakil Wali Kota Bandung, Erwin, menyebut kenaikan tersebut tidak lepas dari kontribusi sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang terus berkembang di berbagai wilayah kota.
Dalam paparannya di acara Leadership Forum Pilar Nusantara Penopang Asta Cita di Menara Bank Mega, Jakarta, Selasa (14/10), Erwin menjelaskan bahwa saat ini Bandung memiliki sekitar 40.300 pelaku usaha kuliner dan ratusan pusat UMKM aktif.

“Alhamdulillah, dari berbagai kegiatan ekonomi kreatif dan event yang digelar, PAD kita naik signifikan. APBD kita pun kini mencapai Rp8,3 triliun,” ujar Erwin.
Salah satu pendorong utama kenaikan PAD adalah program UMKM Center yang telah dibangun di 30 kecamatan.
Program ini berfungsi sebagai wadah pembinaan dan inkubasi bisnis agar pelaku UMKM mampu naik kelas dan berdaya saing tinggi. “Kami ingin UMKM Bandung menjadi kuat dan mandiri. Program ini memberikan pelatihan dan pendampingan agar mereka bisa berkembang,” tambahnya.
Erwin kemudian menjabarkan visi utama pembangunan Kota Bandung yang disingkat UTAMA, terdiri atas lima nilai: Unggul, Terbuka, Amanah, Maju, dan Agamis.
BACA JUGA:
Persib Bandung Kalahkan PSIS Semarang 1-0, Kokoh di Puncak Klasemen Liga 1
Repsol Kembali ke Kejuaraan Dunia MotoGP 2026… Tapi Bukan Bersama Honda!
Melalui nilai “U”, Pemkot Bandung telah memberikan beasiswa kepada ribuan warga kurang mampu untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
“Sejak 2015 hingga 2016, sudah lebih dari dua ribu warga miskin kami bantu untuk menjadi sarjana,” kata Erwin.
Selain itu, Bandung juga dikenal sebagai kota yang terbuka dan inklusif bagi berbagai kelompok masyarakat.
Pemerintah daerah terus mengedepankan transparansi dan merit sistem, termasuk dalam proses mutasi pegawai untuk meningkatkan profesionalitas birokrasi.
Di sisi lain, nilai “A” terakhir, yakni Agamis, diwujudkan melalui pelatihan da’i, rumah tahfidz, dan gerakan masyarakat mengaji di seluruh kecamatan.
“Kami ingin masyarakat tetap menjunjung nilai-nilai moral dan spiritual dalam kehidupan sehari-hari,” tutupnya.
EDITOR:SENFY
















