Munafri Ingatkan Lurah: Jangan Lagi Ada Julukan Makassar Kota “Jorok”

Munafri Ingatkan Lurah: Jangan Lagi Ada Julukan Makassar Kota “Jorok”
Wali Kota Makassar Munafri Arifuddin saat melepas Lurah se-Kota Makassar kembali ke Makassar usai mengikuti Retret Lurah se-Kota Makassar di Malino, Kabupaten Gowa, Sabtu (11/10/2025) (Foto: Istimewa)

GOWA – Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin, menegaskan komitmennya untuk menjadikan Makassar sebagai kota bersih, tertib, dan bebas dari stigma negatif.

Hal itu ia sampaikan saat menutup kegiatan Retret Lurah se-Kota Makassar di Malino, Kabupaten Gowa, Sabtu malam (11/10/2025).

Dalam arahannya, Munafri menyampaikan pesan tegas kepada seluruh lurah agar tidak lagi membiarkan julukan “Makassar kota jorok” melekat di benak masyarakat.

Ia menegaskan bahwa kebersihan kota merupakan tanggung jawab bersama, terutama para lurah sebagai garda terdepan pemerintahan di tingkat kelurahan.

“Lurah adalah ujung tombak pelayanan publik. Mereka yang bersentuhan langsung dengan masyarakat. Jadi, kalau wajah kelurahan bersih, maka citra kota juga akan ikut baik,” kata Munafri di hadapan 153 lurah yang mengikuti kegiatan tersebut.

Menurutnya, pengelolaan kebersihan bukan hanya urusan petugas kebersihan, tetapi merupakan bentuk tanggung jawab sosial dan kepemimpinan di tingkat paling bawah.

Ia mengajak seluruh lurah untuk menumbuhkan kesadaran kolektif di kalangan warga agar tidak membuang sampah sembarangan dan mulai mengelola sampah dari rumah tangga.

“Kalau di kelurahan masing-masing bisa dikelola dengan baik, maka tidak akan ada lagi tumpukan sampah di jalan atau di pasar. Semua berawal dari kesadaran masyarakat dan contoh nyata dari lurahnya,” ujarnya.

BACA JUGA:

Wali Kota Makassar Dorong Dinas Perdagangan Cetak Duta Lokal Promosikan Brand Daerah ke Pasar Dunia

Pernah di DO, Wali Kota Lulusan SMA Ini Pimpin Daerah Terbesar Kedua di Sulawesi Selatan dengan Julukan Kota Idaman

Munafri juga menyoroti pentingnya inovasi dalam pengelolaan sampah berbasis ekonomi sirkular. Menurutnya, sampah tidak harus dianggap sebagai masalah, melainkan peluang untuk pemberdayaan ekonomi warga.

“Saya ingin setiap kelurahan memiliki sistem pengelolaan sampah sendiri. Saya ingin setiap kelurahan berdiri di atas kakinya sendiri dalam urusan kebersihan, karena di situlah wajah kota tercermin. Bisa dengan bank sampah, eco-enzyme, budidaya maggot, atau pembuatan kompos. Selain lingkungan bersih, masyarakat juga bisa mendapat penghasilan tambahan,” jelasnya.

Dalam kesempatan itu, Wali Kota Makassar juga mengingatkan para lurah untuk memperhatikan perilaku para pelaku UMKM, terutama yang bergerak di sektor kuliner.

Ia menegaskan tidak boleh ada lagi pedagang yang berjualan di atas got atau saluran air, karena hal tersebut menciptakan kesan kumuh dan tidak higienis.

“Semua pelaku usaha kuliner harus memiliki Sertifikat Laik Higienis dan Sanitasi (SLHS). Ini wajib. Jangan biarkan orang jualan di atas got, karena itu bukan hanya kotor, tapi juga berbahaya bagi kesehatan,” tegasnya.

Selain fokus pada kebersihan, Munafri juga mengingatkan pentingnya menjaga keamanan dan ketertiban wilayah (kamtibmas).

Ia meminta para lurah untuk aktif berkoordinasi dengan warga, Bhabinkamtibmas, dan Babinsa dalam memastikan kondisi lingkungan tetap kondusif.

“Jangan tunggu kejadian baru bertindak. Lurah harus tahu apa yang terjadi di wilayahnya. Bangun komunikasi yang cepat dan solutif dengan masyarakat,” katanya.

BACA JUGA

PDI Perjuangan Sulsel Rayakan HUT ke-78 Megawati dengan Aksi Penghijauan di Makassar

Hari UMKM Nasional, DPW Sulsel UKM IKM Nusantara Ajak Pelaku Usaha Terus Berinovasi

Kegiatan Retret Lurah se-Kota Makassar yang digelar selama tiga hari di Malino ini menjadi ajang penguatan kapasitas, koordinasi, dan pembinaan mental bagi seluruh lurah.

Program ini merupakan bagian dari upaya Pemkot Makassar meningkatkan kualitas pelayanan publik di tingkat kelurahan.

Sekretaris Daerah Kota Makassar, Andi Zulkifli Nanda, menyebut kegiatan tersebut bertujuan mempererat kerja sama lintas wilayah dan mendorong lurah untuk saling berbagi pengalaman dalam menyelesaikan masalah di lapangan.

“Retret ini bukan hanya pembinaan, tapi juga wadah untuk memperkuat solidaritas antarlurah agar lebih tangguh menghadapi tantangan di wilayah masing-masing,” jelasnya.

Menutup arahannya, Munafri berpesan agar setiap lurah menjaga amanah jabatan dengan penuh tanggung jawab dan keikhlasan.

Menurutnya, menjadi lurah bukan hanya soal jabatan, tetapi soal pengabdian kepada masyarakat.

“Jabatan ini amanah. Kalau dijalankan dengan hati, masyarakat akan merasakan hasilnya. Mari kita buktikan bahwa Makassar bisa bersih, tertib, dan bebas dari stigma negatif,” tutupnya.

Kehadiran Munafri di lokasi penutupan kegiatan cukup menarik perhatian. Ia datang menggunakan sepeda motor dari Makassar menuju Malino, menempuh jalur berkelok dengan udara sejuk pegunungan.

Kehadirannya dengan gaya sederhana itu disebut-sebut menjadi simbol kedekatan seorang pemimpin dengan rakyatnya.

Dengan semangat itu, Munafri berharap tahun 2025 menjadi momentum kebangkitan budaya bersih dan gotong royong di setiap kelurahan, sebagai langkah nyata menghapus julukan lama “Makassar kota jorok” dan menggantinya dengan citra baru: Makassar kota bersih dan berkarakter. (*)

Senfy Pratama

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *