IWO Soppeng Geram, Pasien Pendarahan Otak Terlantar karena Alat Operasi Belum Tersedia

IWO Soppeng Geram, Pasien Pendarahan Otak Terlantar karena Alat Operasi Belum Tersedia
Keluarga menunjukkan kondisi korban pendarahan otak yang masih belum siuman sambil menunggu tindakan operasi di RS Fakfak Barat Daya, Papua Barat — Fakfak, Minggu (16/11/2025) (Foto: Istimewa)

SOPPENG — Organisasi profesi kewartawanan, Ikatan Wartawan Online (IWO) Kabupaten Soppeng, menyoroti keras lambannya penanganan medis terhadap seorang pasien pendarahan otak yang merupakan menantu salah satu pengurusnya.

Keluarga menyebut bahwa pasien terlantar tanpa tindakan operasi mendesak lantaran alat dan obat yang dibutuhkan tidak tersedia di RS Fakfak Barat Daya, Papua Barat.

Menurut penuturan Rosdiana Hadi, pengurus IWO Soppeng sekaligus mertua pasien, insiden bermula saat menantunya mengalami kecelakaan pada Sabtu malam, 15 November 2025, sekitar pukul 23.00 WIT.

Korban langsung dilarikan ke rumah sakit setempat dalam kondisi tidak sadar. Setibanya di ruang IGD, dokter menyatakan bahwa korban mengalami pendarahan otak serius yang memerlukan tindakan operasi segera.

Namun harapan keluarga agar operasi dapat dilakukan cepat justru pupus ketika mereka diberi tahu bahwa proses medis harus ditunda.

Rosdiana menjelaskan bahwa pihak rumah sakit mengungkapkan peralatan dan obat untuk operasi belum tersedia dan harus dipesan terlebih dahulu dari Jakarta. Penundaan ini membuat keluarga khawatir karena kondisi pasien terus kritis.

“Sampai kapan pasien harus menunggu? Sudah lebih dari setengah hari tapi operasi belum bisa dilakukan. Sedangkan kondisi pasien masih belum siuman,” tulis Rosdiana dalam pesan yang diterima wartawan.

BACA JUGA:

Polda Sulsel Tangkap Dua Pengedar, Sita 1 Kilogram Sabu di Gowa

Polda Bali Segera Panggil Influencer Rusia Terkait Dugaan Penipuan Properti Senilai Rp80 Miliar

Persoalan tidak berhenti pada peralatan medis. Keluarga juga mengaku diminta mencari suplai darah dari luar karena stok darah di RS Fakfak tidak mencukupi.

Situasi ini memperparah kondisi karena pasien membutuhkan asupan darah segera untuk menstabilkan tubuh sebelum menjalani operasi besar.

Rosdiana dan keluarga berharap rumah sakit bergerak cepat dan tidak bertele-tele dalam memberikan layanan medis, terutama kepada pasien gawat darurat.

Ia menambahkan bahwa nyawa manusia tidak semestinya menunggu ketersediaan alat tanpa upaya alternatif dari pihak rumah sakit.

“Kami memohon doa untuk kesembuhan menantu saya. Dia punya tiga anak kecil yang menunggu di rumah. Kami hanya ingin penanganan yang cepat dan tepat,” ujar Rosdiana dengan nada haru.

Hingga berita ini diturunkan, pihak RS Fakfak Barat Daya belum memberikan klarifikasi mengenai penyebab keterlambatan peralatan medis dan minimnya persediaan darah bagi pasien kritis. (Rls/Res)

Sumber: Keluarga Korban/Pengurus IWO Soppeng

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *