Oleh: Fitra Suciyanti
Mahasiswa Pascasarjana Jurusan Dirasah Islamiyah Konsentrasi Syariah/Hukum Islam Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
Dosen pengampu: Prof. Dr. H. Mustari Mustafa, M.Pd.
BERITAKOTAONLINE.ID- Toleransi adalah nilai yang sangat penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, terutama di Indonesia yang dikenal sebagai negara dengan keberagaman budaya, etnis, dan agama.
Salah satu daerah yang berhasil menciptakan kehidupan yang harmonis di tengah perbedaan agama adalah Tana Toraja, sebuah kabupaten yang terletak di Provinsi Sulawesi Selatan.
Meskipun mayoritas penduduknya memeluk agama Kristen, Tana Toraja merupakan contoh nyata bagaimana masyarakat dari berbagai agama bisa hidup berdampingan dengan penuh toleransi dan kerukunan.
Artikel ini akan mengupas bagaimana masyarakat Toraja berhasil menjaga sikap toleransi di tengah keberagaman agama yang ada di daerah ini.
Keberagaman Agama di Tana Toraja
Tana Toraja adalah daerah yang terkenal dengan adat istiadat dan budaya yang kaya. Masyarakat Toraja memiliki keberagaman agama yang cukup signifikan.
Menurut data terbaru, sekitar 86,25% penduduk Tana Toraja menganut agama Kristen, terdiri dari 70,66% Protestan dan 15,59% Katolik.
Sisanya, sekitar 12,09%, adalah Muslim, sementara sebagian kecil lainnya menganut agama Hindu, Buddha, dan Aluk Todolo, yang merupakan agama tradisional Toraja.
Meskipun perbedaan agama yang ada cukup mencolok, masyarakat Toraja dapat hidup berdampingan dengan penuh damai.
Perbedaan agama ini tidak menjadi halangan untuk menciptakan kehidupan yang rukun dan harmonis.
Bahkan, dalam satu keluarga bisa ditemukan anggota keluarga yang memeluk agama yang berbeda.
Hal ini menunjukkan bahwa sikap toleransi sudah tertanam kuat dalam budaya dan kehidupan sehari-hari masyarakat Toraja.
Makna Toleransi Bagi Masyarakat Toraja
Toleransi bagi masyarakat Toraja bukan hanya sekedar menghargai agama orang lain, tetapi lebih dari itu, toleransi merupakan bagian dari kehidupan sosial yang tidak terpisahkan.
Dalam masyarakat Toraja, sikap toleransi beragama diajarkan sejak dini dan dilatih melalui nilai-nilai adat yang diwariskan secara turun-temurun.
Nilai-nilai ini sangat kental dengan ajaran tentang persatuan, kebersamaan, dan saling menghormati meskipun terdapat perbedaan.
Bagi masyarakat Toraja, keberagaman agama bukanlah penghalang untuk menjalin hubungan baik antar sesama. Sebaliknya, keberagaman ini dilihat sebagai kekayaan yang harus dijaga dan dihargai.
Salah satu contoh nyata dari sikap toleransi ini adalah bagaimana dalam satu keluarga, seseorang yang beragama Kristen atau Katolik dapat menikahi pasangan yang beragama Islam atau bahkan mengikuti adat Aluk Todolo.
Masyarakat Toraja tidak melihat perbedaan agama ini sebagai sebuah pemisah, tetapi sebagai bagian dari ikatan kekeluargaan yang lebih besar.
Semboyan “Misa Kada Dipotuo, Pantan Kada Dipomate” sebagai Landasan Toleransi
Salah satu faktor penting yang mendasari sikap toleransi di Tana Toraja adalah semboyan yang sangat dijunjung tinggi oleh masyarakatnya, yaitu “Misa kada dipotuo, pantan kada dipomate,” yang artinya “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.”
Semboyan ini menjadi pegangan hidup masyarakat Toraja dalam menjaga persatuan, baik di dalam keluarga, masyarakat, maupun di antara umat beragama yang berbeda.
Masyarakat Toraja percaya bahwa kebersamaan dan persatuan adalah kunci untuk menjaga keharmonisan hidup dalam keberagaman.
Semboyan ini tidak hanya berbicara tentang persatuan dalam konteks politik atau sosial, tetapi juga dalam konteks agama.
Masyarakat Toraja diajarkan untuk selalu mengutamakan persatuan dan saling menghargai meskipun ada perbedaan agama.
Dengan semboyan ini, mereka meyakini bahwa perbedaan agama tidak akan memecah belah mereka, tetapi justru akan mempererat tali persaudaraan dan kekeluargaan.
Masyarakat Toraja percaya bahwa dengan saling menghargai, mereka bisa hidup berdampingan dengan damai tanpa ada rasa permusuhan atau ketidaksetujuan yang muncul karena perbedaan agama.
Adat Istiadat Toraja sebagai Wadah Toleransi
Selain semboyan yang mengajarkan pentingnya persatuan, adat istiadat Toraja juga memiliki peran penting dalam memperkuat sikap toleransi beragama.
Masyarakat Toraja memiliki adat yang sangat kental dan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari mereka.
Adat istiadat ini mengajarkan tentang nilai kebersamaan, saling tolong-menolong, dan gotong-royong tanpa memandang perbedaan agama.
Sebagai contoh, dalam upacara pernikahan, adat Toraja mengharuskan masyarakat untuk bekerja sama, baik yang beragama Kristen, Katolik, maupun Muslim, untuk menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan.
Tidak jarang, keluarga pengantin yang beragama Kristen atau Katolik akan meminta bantuan dari tetangga atau keluarga Muslim untuk menyiapkan makanan bagi tamu undangan.
Begitu pula sebaliknya, ketika keluarga Muslim mengadakan acara, mereka juga akan menerima bantuan dari umat Kristen dan Katolik.
Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Toraja tidak memandang agama sebagai penghalang dalam menjalankan adat istiadat, melainkan sebagai peluang untuk mempererat hubungan antar umat beragama.
Dalam acara adat lainnya, seperti upacara adat pemakaman, masyarakat Toraja juga menunjukkan sikap toleransi yang luar biasa.
Meski pemakaman biasanya dilakukan berdasarkan agama yang dianut oleh almarhum, namun masyarakat dari berbagai agama tetap hadir untuk memberikan penghormatan terakhir dan menunjukkan rasa simpati.
Kehadiran umat beragama lain dalam acara ini menunjukkan bahwa mereka tidak hanya menghormati adat, tetapi juga menghargai perasaan dan keyakinan orang lain.
Pendidikan sebagai Kunci untuk Menanamkan Toleransi
Pendidikan adalah salah satu aspek yang sangat penting dalam membentuk sikap toleransi sejak dini.
Di Tana Toraja, pendidikan tentang toleransi diajarkan tidak hanya di sekolah, tetapi juga dalam keluarga dan masyarakat.
Anak-anak di Toraja diajarkan untuk menghargai perbedaan sejak usia dini, baik melalui pembelajaran di sekolah maupun melalui interaksi sosial sehari-hari.
Pendidikan tentang pentingnya hidup berdampingan dengan umat beragama yang berbeda tidak hanya mengajarkan rasa hormat, tetapi juga memberi pemahaman bahwa keberagaman adalah suatu kekayaan yang harus dijaga.
Di sekolah-sekolah, siswa dari berbagai agama diajarkan untuk bekerja sama dalam berbagai kegiatan, baik itu dalam acara sekolah maupun kegiatan sosial.
Selain itu, guru juga mengajarkan nilai-nilai toleransi melalui mata pelajaran yang relevan, seperti Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dan Pendidikan Agama.
Di luar sekolah, anak-anak Toraja diajarkan oleh orang tua mereka untuk menghormati orang yang berbeda agama dan selalu menjaga hubungan baik dengan siapa pun, tanpa memandang agama yang dianut.
Toleransi Beragama dalam Kehidupan Sehari-hari
Sikap toleransi beragama di Tana Toraja juga tercermin dalam kehidupan sehari-hari masyarakatnya.
Di Toraja, kehidupan sosial berjalan dengan sangat lancar meskipun ada perbedaan agama yang cukup besar.
Masyarakat Toraja telah terbiasa hidup dalam keberagaman dan mereka sangat menghargai kerukunan antar umat beragama.
Mereka tidak hanya berbicara tentang toleransi, tetapi juga menerapkannya dalam setiap aspek kehidupan mereka.
Sebagai contoh, ketika ada acara perayaan hari raya agama tertentu, umat beragama lain tidak ragu untuk ikut merayakannya bersama.
Misalnya, umat Kristen akan ikut serta dalam perayaan Idul Fitri umat Muslim dengan mengucapkan selamat dan berkunjung ke rumah tetangga Muslim mereka.
Begitu pula sebaliknya, umat Muslim turut mengucapkan selamat Natal kepada umat Kristen dan ikut merayakan bersama di rumah tetangga mereka.
Momen-momen seperti ini menunjukkan bahwa kehidupan antar umat beragama di Toraja berjalan dengan penuh rasa saling menghormati dan menghargai.
Kesimpulan: Toleransi Beragama di Tana Toraja sebagai Teladan
Toleransi beragama di Tana Toraja menjadi contoh yang sangat baik untuk daerah lainnya di Indonesia.
Meskipun memiliki keberagaman agama yang cukup besar, masyarakat Toraja mampu hidup berdampingan dengan damai dan penuh kerukunan.
Hal ini tidak lepas dari kuatnya nilai-nilai toleransi yang diajarkan melalui semboyan, adat istiadat, dan pendidikan yang diterima sejak dini.
Tana Toraja membuktikan bahwa perbedaan agama bukanlah penghalang untuk menciptakan kedamaian.
Justru, perbedaan tersebut menjadi kekuatan untuk mempererat tali persaudaraan dan kebersamaan.
Dengan menjaga sikap toleransi, masyarakat Toraja mampu mewujudkan kehidupan yang damai, harmonis, dan saling mendukung satu sama lain.
Toleransi beragama di Toraja seharusnya menjadi teladan bagi masyarakat Indonesia secara keseluruhan dalam menjaga persatuan dan kesatuan di tengah keberagaman yang ada (*).
Editor: Arya R. Syah
Artikel:
Mengulas Dampak Kenaikan PPN 12%: “Perspektif Filsafat Politik dan Moral”
====================