Sulsel  

Isu Pemotongan Uang Saku dan Nepotisme Hantui Olahraga Sulsel

Isu Pemotongan Uang Saku dan Nepotisme Hantui Olahraga Sulsel
Isu Pemotongan Uang Saku dan Nepotisme Hantui Olahraga Sulsel, Senin (7/10/2024) (Dok. Istimewa)

MAKASSAR,  BERITAKOTAONLINE.ID – Isu Dunia olahraga di Sulawesi Selatan (Sulsel) kini dihadapkan pada berbagai tantangan serius yang merugikan atlet dan mengurangi kepercayaan publik.

Dua isu utama yang menjadi sorotan adalah dugaan pemotongan uang saku bagi atlet dan praktik nepotisme yang melibatkan pihak Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Sulsel.

Isu masalah pertama yang mencuat adalah pemotongan uang saku atlet.

Salah satu atlet berinisial RD mengungkapkan keprihatinannya, “Seharusnya, saya menerima uang saku sebesar Rp 4.000.000, tetapi setelah dipotong, saya hanya mendapatkan Rp 400.000.” bebernya di Makassar, Senin (7/10/2024).

Menurut RD, pihak Dispora Sulsel beralasan bahwa dana tersebut belum cair.

Kasus Rumah Sakit Galesong: Aktivis Desak Inspektorat dan BPKP Sulsel Periksa KPA dan PPK

4 Orang Terjaring di Kalsel tiba di KPK akai Pakai Rompi Tahanan

Ironisnya, hingga menjelang tahun 2024, dana yang seharusnya diberikan sejak pelaksanaan Pra-PON 2023 masih belum diterima oleh atlet.

Selain masalah keuangan, RD juga menyoroti kualitas makanan yang disediakan. Ia menambahkan, “Menu yang kami terima sangat tidak layak, hanya tempe, tahu, sayur, dan ayam,” ujarnya

Ini jelas tidak mencukupi untuk kebutuhan atlet yang mempersiapkan diri menghadapi ajang besar.” tambahnya.

Kondisi ini tidak hanya berdampak pada kesejahteraan fisik atlet, tetapi juga memengaruhi motivasi dan fokus mereka untuk berlatih. Banyak atlet yang merasa tertekan dan bingung dalam menghadapi masalah ini.

Di tengah isu keuangan, dugaan nepotisme di lingkungan Dispora Sulsel semakin memperburuk situasi.

Atlet panahan berprestasi, FI, melaporkan bahwa posisinya digantikan oleh anak Kepala Dispora.

“Keputusan ini terasa sangat tidak adil. Seharusnya, prestasi saya dihargai,” keluh FI kepada awak media,  Senin (7/10/2024).

Kasus ini menunjukkan bahwa banyak keputusan yang tidak didasarkan pada merit, melainkan pada hubungan keluarga.

FI juga memperhatikan bahwa penunjukan anak Kepala Dispora sebagai asisten pribadi menunjukkan adanya pengaruh keluarga dalam pengambilan keputusan penting.

“Hal ini menciptakan suasana di mana prestasi tidak menjadi prioritas,” tuturnya. Atlet lain pun merasakan dampak negatif dari praktik nepotisme ini, yang mengakibatkan penurunan semangat berkompetisi.

Selain isu pemotongan uang saku dan nepotisme, kondisi sarana dan prasarana olahraga juga memerlukan perhatian.

Banyak fasilitas yang seharusnya mendukung pengembangan atlet kini dalam keadaan tidak terawat.

Contohnya, sirkuit balap sepeda yang dulunya aktif kini dibiarkan tumbuh rumput liar, sementara kolam renang dipenuhi sampah.

“Fasilitas yang kami miliki sangat minim dan tidak memadai untuk latihan. Kami butuh tempat yang layak untuk berlatih,” ungkap seorang atlet yang tidak ingin disebutkan namanya, Senin (7/10/2024).

Ketidakcukupan fasilitas ini menciptakan tantangan besar bagi atlet yang ingin berprestasi.

Farid Mamma, SH., M.H., seorang ahli hukum dan Direktur PUKAT (Pusat Kajian dan Advokasi Anti Korupsi) Sulsel, memberikan perhatian serius terhadap dugaan nepotisme.

Ia menekankan, “Nepotisme merusak kepercayaan masyarakat dan melanggar hukum. Ini bukan hanya masalah etika, tetapi juga menyangkut keadilan.” ucapnya kepada media ini, Senin (7/10/2024).

Farid mengingatkan bahwa praktik ini melanggar Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 yang mengatur penyelenggaraan negara yang bersih dari korupsi dan nepotisme.

“Dalam dunia olahraga, kami harus kembali kepada prinsip keadilan dan profesionalisme. Semua keputusan harus berbasis prestasi, bukan hubungan keluarga,” tegasnya.

Seiring dengan berkembangnya isu ini, masyarakat dan organisasi anti-korupsi seperti Forum Informasi Jaringan Masyarakat Anti-Korupsi (Forjimak) mulai mendesak agar dilakukan audit independen terhadap pengelolaan Dispora Sulsel.

“Kami ingin memastikan bahwa kesejahteraan atlet dijaga dan prestasi olahraga dapat ditingkatkan,” ujar Daeng Nuntung, Kepala Divisi Investigasi dan Monitoring Forjimak.

Forjimak berencana menggelar aksi unjuk rasa untuk menarik perhatian terhadap masalah ini, berharap pihak berwenang segera mengambil langkah konkret untuk menyelesaikan persoalan yang ada.

Desakan ini merupakan sinyal penting bahwa masyarakat tidak tinggal diam terhadap kondisi yang memburuk ini.

Isu pemotongan uang saku dan nepotisme dalam olahraga di Sulsel membutuhkan perhatian mendalam dari berbagai pihak.

Atlet yang bekerja keras untuk mencapai prestasi layak mendapatkan dukungan yang optimal dan pengelolaan yang transparan.

Hingga berita ini diterbitkan, pihak Dispora Sulsel dan pihak berwenang belum memberikan respons terhadap dua isu yang menerpa Olahraga Sulsel.

Masyarakat menunggu tindakan nyata untuk mengatasi masalah ini, agar olahraga di Sulawesi Selatan dapat berkembang dan memberikan kebanggaan bagi semua (Arya)

Editor: Andi Ahmad Effendy

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *