LUWU RAYA, BERITAKOTAONLINE.ID – ICRAF melalui program Sustainable Farming in Tropical Asian Landscapes (SFITAL) bersama Badan Perencanaan Pembangunan, Riset dan Inovasi Daerah (BAPPERIDA) Luwu Utara menggelar Lokakarya Jejak Kolaborasi di Aula La Galigo, Kantor Bupati Luwu Utara pada 15 Mei 2025.
Kegiatan ini menjadi ruang refleksi atas perjalanan lima tahun kolaborasi antara SFITAL dan Pemerintah Daerah dalam memperkuat sistem pertanian kakao yang berkelanjutan di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan.
Lokakarya ini juga menjadi ajang berbagi praktik baik, menyampaikan hasil implementasi di lapangan, sekaligus merumuskan strategi keberlanjutan ke depan bersama para pemangku kepentingan.
Acara dihadiri oleh berbagai pihak seperti perangkat daerah, penyuluh pertanian, kelompok tani, akademisi, lembaga riset, pelaku usaha, serta mitra pembangunan yang selama ini mendampingi proses penguatan petani kakao di daerah tersebut.
Dalam sesi utama, tim SFITAL menampilkan hasil pengembangan lima kebun pembelajaran agroforestri kakao yang dibangun secara partisipatif di lima desa, yakni Desa Pararra (dua lokasi), Desa Torpedo Jaya, Desa Rompu, dan Desa Teuteuri.
Kelima kebun belajar ini menjadi media co-learning antara petani, penyuluh, dan mitra teknis, serta berfungsi sebagai tempat demonstrasi penerapan Good Agricultural Practices (GAP), konservasi tanah, dan penggunaan bahan organik.
Masing-masing kebun mengusung pendekatan inovatif yang berbeda, seperti peremajaan kebun tua, manajemen drainase, optimalisasi sistem agroforestri eksisting, hingga integrasi kakao dengan tanaman buah seperti durian.
BACA JUGA:
Peringati Hari Pahlawan Nasional, PMTI Gelar Lomba Kreatif The Legend Of Pongtiku Juni–Juli 2025
Bagong, sapi 900 kg dari Bantul jadi kurban Presiden
Selain praktik di lapangan, SFITAL juga mengembangkan media pembelajaran berbentuk permainan edukatif dan maket agroforestri kakao yang menarik minat generasi muda untuk memahami sistem pertanian berkelanjutan secara interaktif.
“Lima kebun belajar ini adalah ruang pembelajaran, dialog, dan diskusi bersama kelompok petani kakao dan praktik nyata di lapangan. Di sinilah pengetahuan bertemu dengan pengalaman,” ujar Syah Ali Achmad, trainer dari Rainforest Alliance.
Sri Wahyuni Wero, Senior Associate Cocoa dari Rainforest Alliance menambahkan bahwa melalui pendekatan interaktif ini, anak muda dan petani pemula dapat lebih mudah memahami tata kelola kebun kakao secara menyenangkan dan kontekstual.
Sejak tahun 2021 hingga 2024, program SFITAL telah memperkuat kapasitas 2.148 petani kakao di lima kecamatan, yakni Sabbang, Masamba, Malangke Barat, Mappedeceng, dan Sabbang Selatan.
Sebanyak 25 persen dari peserta pelatihan adalah perempuan, dan 15 persen lainnya merupakan petani muda berusia di bawah 35 tahun.
Pelatihan dilakukan secara bertahap melalui pendekatan Training of Trainers (ToT), yang melibatkan 18 penyuluh pertanian, 12 tenaga harian lepas (THL), dan 5 petani champion.
Dengan dukungan International Fund for Agricultural Development (IFAD), Rainforest Alliance, dan Mars Incorporated, SFITAL terus mendorong terciptanya ekosistem pertanian kakao yang tangguh, adaptif, dan berkelanjutan di Luwu Utara.
Lokakarya ini mempertegas pentingnya kolaborasi multipihak dalam membangun sistem pangan yang ramah lingkungan dan inklusif, dengan menjadikan petani sebagai aktor utama dalam inovasi dan perubahan.
Yustus| Editor: Arya R. Syah
====================