MAKASSAR – Ratusan mahasiswa dari Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM) menggelar aksi unjuk rasa dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), Jumat (2/5/2025).
Aksi berlangsung di Jalan Sultan Alauddin, tepat di depan kampus UINAM, dan dimulai sejak pukul 15.00 WITA.
Dalam aksi tersebut, mahasiswa menyuarakan dua tuntutan utama yaitu protes terhadap kebijakan anggaran kampus yang dinilai tidak berpihak pada kepentingan mahasiswa.
Dan penolakan terhadap Surat Edaran (SE) Nomor 3652 yang dianggap membatasi kebebasan organisasi kemahasiswaan.
Ketua DEMA UINAM sekaligus Jenderal Lapangan aksi, Muh. Zulhamdi Suhafid, menyebut bahwa momentum Hardiknas harus dimaknai sebagai ajang evaluasi serius terhadap kebijakan pendidikan di Indonesia, termasuk di lingkup perguruan tinggi.
“Kami melihat pemangkasan anggaran organisasi mahasiswa merupakan bentuk pembungkaman partisipasi dan inisiatif mahasiswa. Ini mempersempit ruang kami untuk berkegiatan dan berkontribusi,” tegas Zulhamdi dalam orasinya.
BACA JUGA:
Citra Tanpa Makna: Ketika Kampus Gagal Melindungi Mahasiswinya
Aksi Hardiknas, Mahasiswa UIN Alauddin Blokade Jalan
Lebih lanjut, mahasiswa juga menyoroti SE 3652 yang dianggap menjadi alat pembatasan gerakan mahasiswa di dalam kampus. Surat edaran tersebut dinilai sebagai bentuk regulasi birokratis yang meredam kebebasan akademik dan demokrasi kampus.
“SE 3652 bukan solusi, tapi ancaman bagi budaya kritis dan iklim demokratis di kampus. Kami menolak aturan itu karena mencederai semangat pendidikan,” tambah Zulhamdi.
Aksi berlangsung selama tiga jam dan diwarnai dengan teatrikal simbolik dan pembakaran ban, sebagai bentuk perlawanan terhadap kebijakan kampus yang dianggap represif.
Spanduk, poster, dan orasi bergantian menyuarakan keresahan mahasiswa atas arah kebijakan pendidikan tinggi yang mereka anggap tidak adil.
Selain menuntut dicabutnya SE 3652 dan dikembalikannya anggaran organisasi kemahasiswaan, DEMA UINAM juga menuntut transparansi pengelolaan dana kampus serta peningkatan fasilitas akademik dan ruang aktivitas mahasiswa, termasuk akses malam di area kampus.
Aksi ini dikawal ketat aparat kepolisian dan ditutup dengan pembacaan pernyataan sikap oleh Ketua DEMA UINAM.
Dalam pernyataan tersebut, mahasiswa menegaskan bahwa pendidikan bukan hanya soal kurikulum, tapi juga soal keberpihakan terhadap suara mahasiswa dan keadilan dalam kebijakan kampus.
Dengan aksi ini, DEMA UINAM berharap pemerintah dan pimpinan kampus membuka ruang dialog yang lebih luas dan serius, demi terciptanya lingkungan akademik yang demokratis, adil, dan berpihak pada masa depan mahasiswa (*).
Jupe/Restu| Editor: Arya R. Syah
======================