JAKARTA – Muhammadiyah, sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, telah lama menggunakan metode hisab hakiki wujudul hilal dalam menentukan awal bulan Hijriah.
Metode ini menetapkan awal bulan berdasarkan perhitungan astronomis mengenai posisi bulan. Namun, mulai 1 Muharram 1446 Hijriah (7 Juli 2024), Muhammadiyah resmi beralih ke Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) sebagai acuan penetapan kalender Islam.
Keputusan ini diambil melalui Musyawarah Nasional Tarjih ke-32 yang diselenggarakan pada 23-25 Februari 2024 di Pekalongan. KHGT merupakan sistem kalender yang berprinsip satu hari satu tanggal di seluruh dunia, sehingga seluruh umat Islam akan menetapkan awal bulan Hijriah pada hari yang sama.
Perubahan ini dilatarbelakangi oleh keinginan untuk menyatukan penanggalan Islam secara global, mengatasi perbedaan penetapan tanggal penting seperti awal Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha yang selama ini sering berbeda antar negara maupun dalam satu negara.
Dengan adopsi KHGT, diharapkan umat Islam dapat melaksanakan ibadah secara serentak, memperkuat persatuan, dan menghindari kebingungan akibat perbedaan penanggalan.
Edy Kuscahyanto, Ketua Biro Komunikasi dan Pelayanan Umum PP Muhammadiyah, membenarkan perubahan ini dan menyatakan bahwa akan ada peluncuran resmi terkait penerapan KHGT.
Penerapan KHGT oleh Muhammadiyah telah melalui proses pengkajian yang panjang. Sejak tahun 2007, Muhammadiyah telah mengkaji pentingnya penyatuan kalender Hijriah secara internasional untuk memberikan kepastian dalam penetapan tanggal-tanggal penting Islam.
Upaya ini semakin diperkuat melalui partisipasi dalam berbagai forum internasional, termasuk Muktamar Kalender Islam Global di Turki pada tahun 2016, yang mendapat dukungan dari mayoritas pakar falak dan astronomi untuk penerapan Kalender Islam Global.
BACA JUGA:
Muhammadiyah Dorong Efisiensi, Usulkan Penghapusan Sidang Isbat di Saat Ramadhan dan di Musim Hujan
Prabowo Ucapkan Idul Fitri: Saling Memaafkan, Pererat Silaturahmi
Dengan adopsi KHGT, Muhammadiyah berharap dapat menyatukan umat Islam dalam penetapan waktu ibadah, menjawab tantangan modernitas, dan memperkuat integrasi umat Islam di seluruh dunia.
Selain itu, KHGT diharapkan dapat memberikan kepastian dalam penentuan tanggal-tanggal penting Islam, sehingga memudahkan perencanaan kegiatan keagamaan dan sosial bagi umat Islam di berbagai belahan dunia.
Penerapan kalender ini juga diharapkan dapat mengurangi potensi perbedaan dan konflik yang sering timbul akibat perbedaan penetapan tanggal dalam kalender Hijriah.
Muhammadiyah menyadari bahwa penerapan KHGT memerlukan sosialisasi dan edukasi yang intensif kepada masyarakat.
Oleh karena itu, berbagai upaya akan dilakukan untuk memastikan bahwa umat Islam memahami manfaat dan pentingnya penerapan KHGT dalam kehidupan beragama.
Kelebihan dan Kekurangan KHGT
Masih merujuk laman Tarjih, berikut penjabaran tentang kelebihan dan kekurangan KHGT:
Kelebihan KHGT
Kriteria KHGT dipilih untuk diterapkan pada tahun depan oleh Muhammadiyah dengan berbagai pertimbangan. Berikut diantaranya:
1. KHGT memiliki kemampuan prediksi jauh ke depan atau ke belakang karena landasannya adalah hisab. Secara prinsip KHGT masih mencerminkan metode yang selama ini dipakai Muhammadiyah, yaitu hisab.
2. KHGT menggunakan kriteria Imkanur Rukyat, yang banyak dipakai oleh negara Islam. Hal itu memungkinkan adanya kompromi dan penerimaan terhadap KHGT melampaui organisasi Muhammadiyah, bahkan melampaui batas negara.
Untuk diketahui, KHGT diputuskan oleh Konferensi Internasional di Turki tahun 2016 yang diikuti 150-an ahli dari 60 negara, maka KHGT memiliki legitimasi yang kuat dan bila diikuti secara konsisten akan menjadi solusi perbedaan pendapat dalam penetapan awal bulan Hijriyah oleh umat Islam.
3. Dengan pengakuan satu matla’ di seluruh dunia dan transerabilitas imaknur rukyat maka aplikasi KHGT bersifat global, bukan lagi lokal. Selain dapat menyatukan kalender di dunia Islam, hal ini dapat menghilangkan perbedaan awal bulan Hijriah antarnegara.
Harapannya, tidak akan terjadi perbedaan pelaksanaan Idul Adha dan Hari Arafah antara Arab Saudi dengan negara-negara lain sehingga ibadah Islam memiliki kepastian dan kesamaan waktu.
Kekurangan KHGT
KHGT juga memiliki kelemahan yang mungkin menimbulkan keberatan. Berikut penjelasannya:
1. Penerimaan KHGT membuat Muhammadiyah seolah membuang Kriteria Wujudul Hilal yang selama ini diamalkan dan dipertahankan.
2. Ada beberapa isu yang masih menimbulkan proses penerimaan dari sebagian kalangan di Persyarikatan sendiri, yaitu: perpindahan hari yang terjadi pada jam 00.00.00 dan hilangnya hilal sebagai variabel penentu perpindahan bulan. Selama ini sudah mengakar di kalangan masyarakat satu pemahaman bahwa hari dan bulan Hijriyah dimulai setelah Maghrib.
Perubahan awal hari menjadi jam 00.00.00 dalam KHGT membawa norma baru yang berbeda dengan pemahaman yang mapan selama ini. Hal demikian bisa dimaklumi, meski sebenarnya tidak ada nash yang menyatakan secara jelas bahwa awal hari dalam kalender Hijriyah dimulai pada waktu Maghrib.
Penekanan pada ijtima’ sebagai variabel pokok penentuan awal bulan menimbulkan pertanyaan mengenai aplikasi hadis-hadis mengenai Rukyatul hilal. Hal demikian seolah menjadi pembenaran tuduhan tentang terabaikannya hadits-hadits rukyat sebagai penjelas Al-Quran dalam penetapan kalender Hijriah.
Dengan langkah ini, Muhammadiyah menunjukkan komitmennya dalam mewujudkan Islam yang berkemajuan dan responsif terhadap tantangan zaman, serta berperan aktif dalam menyatukan umat Islam melalui penyatuan sistem penanggalan yang lebih universal (*).
Arya | Editor: Andi Ahmad Effendy
======================