OPINI  

Mengenal Suku Rampi, Satu-Satunya Suku Terisolir di Luwu Utara yang Terancam Punah

Mengenal Suku Rampi, Satu-Satunya Suku Terisolir di Luwu Utara yang Terancam Punah
Opini: Yustus Bunga, SP: Mengenal Suku Rampi, Satu-Satunya Suku Terisolir di Luwu Utara yang Terancam Punah

OPINI: Mengenal Suku Rampi, Satu-Satunya Suku Terisolir di Luwu Utara yang Terancam Punah

Oleh: Yustus Bunga, SP
Jurnalis dan Pengamat Sosial Budaya

BERITAKOTAONLINE.ID – Suku Rampi, yang berada di Kecamatan Rampi, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, merupakan salah satu suku yang masih mempertahankan tradisi dan budayanya di tengah perkembangan zaman.

Terletak di kawasan pegunungan Kambuno, suku ini hidup dalam kondisi yang penuh tantangan akibat keterbatasan akses transportasi dan infrastruktur.

Sayangnya, keberadaan mereka kini semakin terancam oleh berbagai faktor, baik dari luar maupun dari dalam komunitas itu sendiri.

Kecamatan Rampi memiliki luas sekitar 1.565 km² dan terdiri dari enam desa, yaitu Onondowa, Sulaku, Leboni, Tedeboe, Dodolo, dan Rampi. Lokasi yang terisolir membuat masyarakatnya masih sangat bergantung pada jalur udara sebagai akses utama keluar masuk wilayah.

Satu-satunya moda transportasi reguler adalah pesawat kecil Susi Air yang melayani rute Rampi-Masamba.

Alternatif lainnya adalah melalui jalur darat yang sangat sulit dilalui, bahkan oleh kendaraan roda dua yang sudah dimodifikasi.

Adat dan budaya Suku Rampi sangat kental dan menjadi bagian dari identitas mereka.

Upacara adat, sistem kepercayaan, dan norma sosial masih dijaga dengan baik. Masyarakatnya dikenal ramah dan memiliki ikatan sosial yang kuat.

Salah satu tradisi unik adalah penyambutan tamu dengan simbol ayam jantan berwarna putih, telur, dan beras, yang melambangkan kejantanan, kesejahteraan, dan perlindungan dari roh jahat.

Namun, keberadaan Suku Rampi kini menghadapi ancaman serius. Salah satu faktor utamanya adalah migrasi besar-besaran.

Banyak generasi muda Rampi yang meninggalkan kampung halaman mereka untuk mencari kehidupan yang lebih baik di daerah lain.

Ketika mereka menetap di tempat baru, mereka cenderung beradaptasi dengan budaya setempat, sehingga lambat laun adat dan tradisi asli Rampi mulai luntur.

Selain migrasi, perkawinan antarsuku juga menjadi faktor yang berkontribusi terhadap punahnya budaya asli Rampi.

Generasi muda yang menikah dengan orang dari luar komunitas mereka sering kali tidak melestarikan adat istiadat leluhur.

Ini menyebabkan hilangnya bahasa, ritual adat, serta kepercayaan lokal yang telah diwariskan turun-temurun.

Faktor eksternal seperti minimnya perhatian pemerintah dalam pengembangan infrastruktur dan pendidikan juga mempercepat proses kepunahan budaya Suku Rampi.

Jalan menuju Rampi sangat sulit dilalui, sehingga akses terhadap layanan kesehatan, pendidikan, dan ekonomi menjadi sangat terbatas.

Akibatnya, masyarakat Rampi kesulitan mendapatkan kesempatan yang sama dengan daerah lain untuk berkembang.

Ironisnya, di tengah segala keterbatasan ini, tanah Rampi menyimpan potensi sumber daya alam yang luar biasa, termasuk emas dan uranium.

Kekayaan ini seharusnya bisa menjadi modal bagi pembangunan daerah, namun tanpa infrastruktur yang memadai dan kebijakan yang berpihak pada masyarakat lokal, mereka justru berisiko kehilangan tanah adat mereka kepada pihak luar yang memiliki kepentingan ekonomi.

Keberadaan Suku Rampi sebagai komunitas adat yang unik harus dilindungi.

Pemerintah daerah dan pusat perlu memberikan perhatian lebih dalam bentuk pembangunan infrastruktur yang layak, terutama jalan yang memungkinkan masyarakat untuk terhubung dengan dunia luar tanpa kehilangan identitas mereka.

Selain itu, program pendidikan berbasis budaya lokal harus dikembangkan agar generasi muda tetap mengenal dan melestarikan adat istiadat mereka.

Selain itu, perlu adanya kebijakan perlindungan tanah adat yang memastikan bahwa masyarakat Rampi tidak kehilangan hak atas tanah mereka akibat eksploitasi sumber daya alam oleh pihak luar.

Pengembangan ekonomi berbasis komunitas juga bisa menjadi solusi agar masyarakat tetap bisa bertahan hidup tanpa harus meninggalkan kampung halaman mereka.

Sekali lagi, Suku Rampi adalah salah satu komunitas adat yang memiliki kekayaan budaya dan sejarah yang luar biasa. Namun, tanpa perhatian dan intervensi yang tepat, keberadaan mereka bisa semakin terpinggirkan dan bahkan punah.

Melalui kebijakan yang tepat, kesadaran masyarakat, serta upaya pelestarian budaya, kita masih bisa memastikan bahwa Rampi tetap menjadi bagian dari warisan budaya Indonesia yang berharga (*).

Editor: Arya R. Syah

======================

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *