OPINI. Berpikir Tajdid oleh: M. Husnaini Dosen Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia. Anggota MTT PWM Daerah Istimewa Yogyakarta.
Risalah Perempuan Berkemajuan merupakan produk Muktamar “Aisyiyah ke-480 di Surakarta pada 18-20 November 2022, menyebutkan bahwa diantara tujuh karakter perempuan berkemajuan adalah berpikir tajdid.
Muhammadiyah Sebagai Gerakan Pemurnian Agama? Haedar: Penyempitan Sejarah
Kata tajdid menjadi trademark Muhammadiyah. Salah satu majelis di Muhammadiyah/Aisyiyah bersama Majelis Tarjih dan Tajdid.
Tadjid di Muhammadiyah punya dua makna. Di bidang akidah dan ibadah, tajdid bermakna purifikasi atau pemurnian sesuai Al-Qur’an dan Sunnah Nabi.
Panitia Tetapkan 4 Bakal Calon Rektor Unismuh Makassar
Sementara untuk bidang muamalah duniawiah, tajdid berarti dinamisasi atau pembaruan paham agama secara kreatif dan inovatif sesuai napas zaman.
‘Aisyiyah yang berdiri pada 1917 menempatkan perempuan pada posisi mulia.
Aisyiyah diinspirasi oleh surah An-Nahl (16): 97, ‘Aisyiyah lahir untuk memberikan ruang dan kesempatan setara kepada laki-laki dan perempuan.
Dengan demikian berpikir tajdid adalah keniscayaan bagi ‘Aisyiyah.
Perempuan berkemajuan harus berpikir pembaru. Tidak boleh berpikiri dan apalagi bersikap sebaliknya yaitu jumud yang berarti beku dan mandek.
Karena ini, spirit belajar yang tinggi harus dimiliki. Belajar lebih dari sekedar bersekolah. Belajar menghasilkan ilmu, sementara bersekolah menghasilkan gelar.
Islam mendorong umatnya untuk belajar, bukan sekedar bersekolah.
Dengan ilmu pengetahuan, kesetaraan dengan laki-laki dapat diraih. Paham suwargo nunut neroko katut tidak punya tempat bagi perempuan berkemajuan.
Perempuan berkemajuan dapat bersaing dengan siapa saja dalam berkiprah di ruang publik guna mengaktualisasikan potensi pikir dan zikir.
Berbagai tindak kekerasan dan ketidakadilan tidak dapat menimpa perempuan dengan ilmu pengetahuan yang tinggi.
Dengan kiprah dan karya yang nyata perempuan berkemajuan akan dihormati dan disegani.
Kata pepatah Arab “Kemuliaan bukan dari pakaian yang menghiasi tubuh, melainkan berasal dari ilmu dan akhlak yang dimiliki,”
Ilmu diperoleh dari belajar, akhlak mulia diwujudkan melalui karya nyata yang bermanfaat untuk semesta.
Berpikir tajdid berati juga mampu mengfungsikan agama tidak hanya sebagai rem, tetapi juga sebagai gas.
Apabila agama dipahami dari aspek ancaman dan larangan semata, jadilah agama hanya sebagai rem. Berpikir tajdid baru dapat terlaksana jika agama dimaknai sebagai amunisi dan peletup kemajuan (ARYA).